Senin, 28 September 2009

Yesus Membayar Tunai

Ada seorang bernama George Thomas, seorang pastor di kota kecil New England. Pada hari Paskah pagi, ia bersiap mempersembahkan misa di suatu tempat agak jauh dari kota.

Ia membawa sebuah sangkar burung kosong yang sudah reyot, kotor tak terurus, dan menempatkannya di dekat altar. Alis umatnya mulai terangkat, dan mereka mulai bertanya-tanya.

Dalam kotbahnya Sang Pastor mulai menjelaskan tentang sangkar burung tersebut :

Dalam perjalanan saya ke sini tadi, saya bertemu dengan seorang anak kecil melangkah berlenggang sambil mengayun-ayunkan sangkar burung ini. Di dalamnya terdapat 3 ekor anak burung liar, meringkuk kedinginan dan ketakutan.

Saya berhenti dan bertanya kepada anak tersebut : Apa yang kamu bawa, anakku
Jawab anak itu: Ah, cuma burung-burung kecil


Apa yang akan kamu lakukan terhadap burung-burung kecil itu. Akan saya bawa pulang dan saya pakai mainan. Saya suka mencabuti bulunya, dan pasti mereka akan ribut kesakitan. Ramai. Pasti ramai dan menyenangkan.

Ya, tapi kan cuma sebentar. Burungnya kecil, pasti bulunya cepat habis. Lalu kalau sudah habis, mau kamu apakan lagi?. Saya punya dua ekor kucing di rumah. Mereka sangat suka makan burung.
Apalagi burung kecil begini. Lucu kan melihat burung-burung yang sudah tidak berbulu mencoba menghindar dari kucing. Tapi pasti kucingku akan dapat memakan mereka dengan mudah.

Saya terdiam sesaat, lalu saya tanyakan pada anak itu lagi: Anakku, bolehkah saya beli burung-burung itu ?
Anak tersebut menatap saya dengan tercengang,, lalu jawabnya: Bapak jangan main-main. Siapa yang mau burung liar begini?

Berapa?
Bapak, burung ini liar, tidak dapat bernyanyi, tidak indah. Ini burung biasa, tidak ada istimewanya. Apa menariknya untuk Bapak?

Berapa?
Si Anak memandang saya dengan tajam, lalu sambil tersenyum menantang katanya: Sepuluh dollar?

Saya ulurkan uang sepuluh dolar kepadanya, dan ia-pun lalu meninggalkan sangkar burungnya dan segera lari menghilang sambil berteriak-teriak kegirangan.

Saya lalu melanjutkan perjalanan ke sini. Sesampai di suatu tempat yang agak rimbun, banyak pohon dan perdu, saya berhenti lagi, dan saya lepaskan ketiga anak burung tadi.
Nah sampai di sini, jelaslah sudah hal ikhwal kandang burung yang diletakkan di atas latar ini.

Kemudian Sang Pastor melanjutkan kotbahnya sebagai berikut:
Suatu hari, Setan dan Yesus ngobrol berdua. Setan baru saja datang dari Taman Eden dan lalu menyombongkan diri, katanya: Sus, aku baru saja menguasai sebuah dunia yang penuh dengan manusia. Aku sudah siapkan berbagai bujukan bagi mereka dan pasti mereka tidak akan dapat menghindar. Pasti mereka akan termakan dengan segala tipu dayaku.

Tanya Yesus kepadanya: Akan kau apakan mereka ? "Pokoknya aku akan menikmati semuanya. Pasti mengasyikkan. Aku akan membujuk mereka supaya kawin cerai, saling selingkuh, saling membenci, saling mencederai dan saling bunuh. Aku akan membujuk mereka untuk menjadi pemabuk, perokok, saling caci, saling hujat. Aku akan membantu mereka untuk menemukan dan merakit bom agar lebih mudah bagi mereka untuk saling bunuh.

Terus, kalau sudah begitu, apa yang akan kamu lakukan? kata Yesus sabar.
Aku akan binasakan mereka !

Berapa yang kamu?minta untuk menebus mereka? tanya Yesus.
Jangan bercanda. Kamu tidak akan suka mereka, Sus. Mereka itu tidak baik. Kenapa kamu tertarik dengan mereka? Aku yakin mereka akan membenci kamu! Mereka akan meludahi kamu, mencercamu, dan bahkan akan membunuhmu.Yakinlah, kamu tidak akan tertarik dengan mereka.

Berapa? tanya Yesus lagi, lebih mendesak
Setan menatap Yesus tajam lalu katanya sinis: murah, cuma cukup air matamu dan darahmu!

dan YESUS pun MEMBAYARNYA TUNAI.

Sang Pastorpun mengakhiri kotbahnya.

renungan :
Lucu ya, mudah sekali manusia membuang Tuhannya bagai sampah,
tapi kemudian bertanya : mengapa dunia menjadi begitu menakutkan tak terkendali.

Lucu ya, kita mudah sekali percaya apa yang ditulis koran, tapi kita selalu meragukan
apa yang tertulis dalam Alkitab

Lucu ya, semua orang ingin masuk surga, tapi mereka tidak mempercayai, tidak memikirkan, mewartakan ataupun melaksanakan apa yang dikatakan oleh Alkitab.

Apakah dunia ini sudah separah itu?

Lucu ya, kita dengan mudah mengatakan : Aku percaya kepada Allah tapi kita tetap mengikuti setan, yang notabene juga percaya kepada Tuhan.

Lucu ya, kita dengan gampang sekali mengirim dan memforward lelucon-lelucon dan gosip-gosip melalui email, sehingga dalam sekejap tersebar luas bagai api, tetapi jika mengenai Tuhan, kita berpikirberatus kali sebelum menekan tombol send

Lucu ya, pembicaraan-pembicaraan mengenai hal-hal yang vulgar, kasar, keras,porno, jorok, begitu mudah tersebar terbuka di cyberspace, tetapi diskusi mengenai Jesus sangat dibatasi, bahkan di sekolah maupun di tempat kerja.

Lucu ya, kita bisabegitu bersemangat dan berapi-api memuliakan Tuhan pada hari Minggu,
Tetapi pada hari-hari kerja kita?menjadi pengikut Kristus yang tersembunyi.

Lucu ya, ketika hendak memforward mail inipun, kita akan menyeleksi lagi mailing-list kita,
Karena takut dan tidak yakin akan reaksi teman-teman kita.

Lucu ya, kita sibuk memikirkan apa nanti reaksi orang. Tapi kita lupa memikirkan apa yang Tuhan pikirkan tentang kita

peace & love
~ds

Kamis, 31 Januari 2008

RACUN

Dahulu kala di negeri Cina, adalah seorang gadis bernama Li-Li. Ia baru menikah dan tinggal diwisma mertua indah. Dalam waktu singkat, Li-Li tahu bahwa ia sangat tidak cocok tinggal serumah dengan ibu mertuanya. Karakter mereka sangat jauh berbeda. Dan Li-Li sangat tidak menyukai kebiasaan ibu mertuanya. Hari berganti hari, begitu pula bulan berganti bulan. Li-Li dan ibu mertuanya tak pernah berhenti berdebat dan bertengkar. Yang makin membuat Li-Li kesal adalah adat kuno Cina yang mengharuskan ia untuk selalu menundukkan kepala untuk menghormati mertuanya dan mentaati semua kemauannya. Semua kemarahan dan ketidakbahagiaan di dalam rumah itu menyebabkan kesedihan yang mendalam pada hati suami Li-Li, seorang yang berjiwa sederhana.

Akhirnya, Li-Li tidak tahan lagi terhadap sifat buruk dan kelakuan ibu mertuanya. Dan ia benar-benar telah bertekad untuk melakukan sesuatu. Li-Li pergi menjumpai seorang teman ayahnya yaitu Sinshe Wang yang mempunyai Toko Obat Cina. Ia menceritakan situasinya dan minta dibuatkan ramuan racun yang kuat untuk diberikan pada ibu mertuanya.

Sinshe Wang berpikir keras sejenak. Lalu ia berkata, "Li-Li, saya mau membantu kamu menyelesaikan masalahmu, tetapi kamu harus mendengarkan saya dan mentaati apa yang saya sarankan." Li-Li berkata, "OK pak Wang, saya akan mengikuti apa saja yang bapak katakan, yang harus saya perbuat.”

Sinshe Wang masuk ke dalam, dan tak lama ia kembali dengan menggenggam sebungkus ramuan. Ia berkata kepada Li-Li, "Kamu tidak bisa memakai racun keras yang mematikan seketika, untuk meyingkirkan ibu mertuamu, karena hal itu akan membuat semua orang menjadi curiga. Oleh karena itu, saya memberi kamu ramuan beberapa jenis tanaman obat yang secara perlahan-lahan akan menjadi racun di dalam tubuhnya.

Sinshe Wang melanjutkan, “Setiap hari, sediakan makanan yang enak-enak dan masukkan sedikit ramuan obat ini ke dalamnya. Lalu, supaya tidak ada yang curiga saat ia mati nanti, kamu harus hati-hati sekali dan bersikap sangat bersahabat dengannya. Jangan berdebat dengannya, taati semua kehendaknya, dan perlakukan dia seperti seorang ratu. “Li-Li sangat senang. Ia berterima kasih kepada pak Wang dan buru-buru pulang ke rumah untuk memulai rencana membunuh ibu mertuanya.

Minggu demi minggu, bulan demi bulan pun berlalu. Setiap hari Li-Li melayani mertuanya dengan makanan yang enak-enak, yang sudah "dibumbuinya". Ia mengingat semua petunjuk dari Sinshe Wang tentang hal mencegah kecurigaan. Maka ia mulai belajar untuk mengendalikan amarahnya, mentaati perintah ibu mertuanya, dan memperlakukannya seperti ibunya sendiri.

Setelah enam bulan lewat, suasana di dalam rumah itu berubah secara drastis. Li-Li sudah mampu mengendalikan amarahnya sedemikian rupa sehingga ia menemukan dirinya tidak pernah lagi marah atau kesal. Ia tidak pernah berdebat lagi dengan ibu mertuanya selama enam bulan terakhir karena ia mendapatkan bahwa ibu mertuanya kini tampak lebih ramah kepadanya.

Sikap si ibu mertua terhadap Li-Li telah berubah, dan mulai mencintai Li-Li seperti puterinya sendiri. Ia terus menceritakan kepada kawan-kawan dan sanak familinya bahwa Li-Li adalah menantu yang paling baik yang ia peroleh. Li-Li dan ibu mertuanya saling memperlakukan satu sama lain seperti layaknya seorang ibu dan anak yang sesungguhnya. Suami Li-Li sangat bahagia menyaksikan semua yang terjadi.

Suatu hari, Li-Li pergi menjumpai Sinshe Wang dan meminta bantuannya sekali lagi. Ia berkata, "Pak Wang, tolong saya untuk mencegah supaya racun yang saya berikan kepada ibu mertua saya tidak sampai membunuhnya!” “Ia telah berubah menjadi seorang wanita yang begitu baik, sehingga saya sangat mencintainya seperti kepada ibu saya sendiri. Saya tidak mau ia mati karena racun yang saya berikan kepadanya."

Sinshe Wang tersenyum. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya. "Li-Li, tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Saya tidak pernah memberi kamu racun. Ramuan yang saya berikan kepadamu itu hanyalah ramuan penguat badan untuk menjaga kesehatan beliau.”

“Satu-satunya racun yang ada, adalah yang terdapat di dalam pikiranmu sendiri, dan di dalam sikapmu terhadapnya, …” “… tetapi semuanya itu telah disapu bersih dengan cinta yang kamu berikan kepadanya ...”

Sadarkah anda bahwa sebagaimana anda memperlakukan orang lain maka demikianlah persis bagaimana mereka akan memperlakukan anda? - millis

Matius 7:12

Selasa, 15 Januari 2008

Tetaplah Melakukan

Terkadang orang berpikir secara tidak masuk akal dan bersikap egois. Tetapi, bagaimanapun juga, terimalah mereka apa adanya.

Apabila engkau berbuat baik, orang lain mungkin akan berprasangka bahwa ada maksud buruk di balik perbuatan baik yang kau lakukan. Tetapi, tetaplah berbuat baik selalu.

Apabila engkau sukses, engkau mungkin akan mempunyai musuh dan juga teman-teman yang iri hati atau cemburu. Tetapi teruskanlah kesuksesanmu itu.

Apabila engkau jujur dan terbuka, orang lain mungkin akan menipumu. Tetapi, tetaplah bersikap jujur dan terbuka setiap saat.

Apa yang telah engkau bangun bertahun-tahun lamanya, dapat dihancurkan orang dalam satu malam saja. Tetapi, janganlah berhenti dan tetaplah membangun.

Apabila engkau menemukan kedamaian dan kebahagiaan di dalam hati, orang lain mungkin akan iri hati kepadamu. Tetapi, tetaplah berbahagia.

Kebaikan yang kau lakukan hari ini, mungkin besok dilupakan orang. Tetapi, teruslah berbuat baik. Berikan yang terbaik dari apa yang kau miliki dan itu mungkin tidak akan pernah cukup.Tetapi, tetap berikanlah yang terbaik.

Sadarilah bahwa semuanya itu ada di antara engkau dan Tuhan. Tidak akan pernah ada antara engkau dan orang lain. Jangan pedulikan apa yang orang lain pikir atas perbuatan baik yang kau lakukan. Tetapi percayalah bahwa mata Tuhan tertuju pada orang-orang jujur dan Dia sanggup melihat ketulusan hatimu. - Mother Theresa -